2-3 Maret 2024 menjadi langkah perdana santri IAN Field Trip ke Baduy. Dari perencanaan awal agak ragu untuk berangkat ke sana, karena belum tentu orangtua mengizinkan ditambah harus berangkat bersama-sama dengan transportasi umum (KRL) yang mungkin ini akan cukup beresiko dan yang paling utama harus memastikan kondisi fisik santri IAN.
Alhamdulillah Direktur Pendidikan IAN, Ustadz Yudha Kurniawan yang sering mengajak anak² SD di sekolah sebelumnya untuk field trip dari luar kota hingga luar negeri, dari yg terdekat hingga terjauh. Jadi, sudah berpengalaman dan akhirnya para guru juga belajar menjadi pendamping perjalanan untuk santri.
Beliau juga selalu meyakinkan bahwa KITA BISA BERANGKAT! Berapapun santri yang akan berangkat kita akan tetap berangkat, jangan patah semangat.
Begitulah direktur Pendidikan IAN memberikan energi semangat keoptimisan kepada guru² untuk tetap memantau fisik anak² yang akan berangkat.
Saat di sounding ke santri IAN, bahwa kita akan field trip ke Baduy, tak menyangka disambut dengan sangat antusias oleh seluruh santri IAN bahkan orangtua juga memberikan izin. Allahu karim….
H-7 santri IAN setiap hari sudah mulai rutin olahraga pagi (sebelum sekolah) dan sore hari dari jogging, push up, sit up dll.
Mendekati hari keberangkatan, ternyata beberapa santri ada yang drop fisiknya, demam, batuk, dan pilek karena mungkin cuaca yang kurang baik, sehingga banyak santri yang fisiknya drop. akhirnya mereka yang drop banget fisiknya dipulangkan ke rumah masing-masing untuk berobat dan istirahat full di rumah, agar saat keberangkatan ke Baduy fisiknya sudah sehat kembali.
Luar biasa perjuangan santri IAN untuk berangkat ke BADUY. Selain fisik, tentu santri IAN harus menyiapkan budget untuk bisa berangkat kesana.
Ada yang sudah nabung dari jauh-jauh hari, ada juga yang menyisihkan uang profit hasil bisnis mereka. Karena guru-guru memberikan challenge kepada santri untuk tidak 100% biaya ke Baduy itu ditanggung oleh orang tua, tetapi hasil mereka bisnis dan nabung. Hal inilah mengajarkan santri finansial literasi secara praktik, menggunakan uang saku dan uang hasil profit bisnis mereka sebijak mungkin.
Dari berbagai rintangan dan perjuangan sebelum keberangkatan, akhirnya yang berangkat total ada 30 peserta, dari tingkat SD-SMA. ada beberapa yang tidak bisa ikut karena fisiknya belum fit.
Field trip kali ini sangat berkesan untuk santri. Karena santri harus belajar memenejemen perjalanan dari keberangkatan meeting point stasiun Citayam hingga stasiun rangkasbitung, disini lumayan extra pendampingan sekali. Santri membuat kelompok dicampur 1 kelompok ada yg kecil dan besar. Selama perjalanan menggunakan transportasi umum ini banyak lika-liku pembelajaran untuk santri, saling menjaga, care dengan sesama santri baik yang kecil maupun yang besar, jika ada yang ketinggalan harus sabar menunggu, dan inisiatif sangat di perlukan, jika tertinggal harus seperti apa. Karena ada beberapa kelompok yang ternyata tertinggal ataupun jalan duluan, karena pintu kereta yang cukup cepat tertutup nya sehingga ada beberapa kelompok yg tertinggal.
Nah..tak hanya itu, setelah sampai di stasiun di rangkasbitung, santri menaiki Elf menuju Ciboleger, kita sewa Elf 2 (ikhwan 1, akhwat 1). Kalau kata santri namanya “ELF TUBRUK”.
Karena Dengan perjalanan berliku-liku, naik-turun pak supir efl tetap membawa kami dengan kecepatan tinggi.. Hal ini membuat santri ada beberapa yang mabuk, dan HP yang mereka gunakan untuk hanting photo untuk tugas photography class harus terlempar keluar mobil Elf, Alhasil HP nya rusak parah. Qadarullah..
Dengan peristiwa tersebut tidak menyurutkan semangat dan antusiasme santri untuk sampai ke Baduy.
Akhirnya mereka sampailah di Baduy yang sangat asri, tanpa sampah, tak ada listrik, jauh dari teknologi dan kendaraan mesin apapun (motor, mobil, dll). Aman, nyaman, asri dan masyaAllah sekali masyarakat disana ramah dan kuat² jalan dengan kondisi jalan berbatu naik turun berkilo² jaraknya mampu jalan kaki tanpa alas kaki, tidak menggunakan kendaraan apapun. Mau mandi pun harus ke sungai dengan berjalan kaki yang lumayan jauh.
MasyaAllah saat itu santi menyaksikan tradisi di Indonesia yang masih sangat kental mampu mempertahankan tradisi nenek moyangnya tanpa adanya perubahan. Tanpa gadget dan listrik mereka bisa hidup dengan tenang dan tanpa keributan, bullying, dll.
Santri bisa memaknai kondisi di baduy dengan kondisi santri dirumah masing-masing dengan begitu banyak nikmat yang harus santri syukuri, karena sudah diberikan berbagai kemudahan dari alat komunikasi/gadget, kendaraan, berbagai kecanggihan teknologi yang dirasakan oleh santri yang terkadang malah membuat santri lalai, menggunakan gadget untuk mengakses yang tidak seharusnya diakses misalnya.. Hal ini membuat santri merenungi makna bersyukur dan harus memaksimalkan berbagai kemudahan dengan teknologi yang mereka rasakan untuk hal-hal positif.
Dan masih banyak lagi pembelajaran-pembelajaran bermakna dari field trip kali ini.
Sampai ketemu di field trip selanjutnya ya 🤗
Salam inspiratif!
Amazing Inspiration
Management IAN
@rinanisaa